Nasional

Jadi Jurnalis di Malaysia, Intimidasi dan Minim Informasi

ilustrasi wartawan

kuala Lumpur–Kehidupan wartawan di Malaysia serba sulit karena jadi intaian pemerintah. Ketertutupan pemerintah Najib Razak dan intimidasi membuat wartawan tidak bebas dalam melakukan kerja jurnalistik.

“Aku wartawan Malaysia tahu nama anak Presiden Indonesia, Kaesang, tapi aku tak tahu nama anak Perdana Menteri sendiri,” ujar seorang pewarta dari Free Malaysia Today, Adam Abu Bakar, saat sedang berbagi kisah awal April lalu, disambut gelak tawa temannya, Anne Muhammad.

“Siapa tadi namanya? Aku juga baru tahu namanya,” ujar seorang pewarta yang enggan diungkap identitasnya sambil mengetik berita tentang laporan Panama Papers di gedung parlemen usai mewawancara beberapa anggota dewan.

Perdana Menteri Najib Razak tengah tersangkut kasus korupsi setelah ada dugaan dana sebesar 2,6 miliar ringgit milik lembaga investasi 1MDB yang “terparkir” di rekening pribadinya.

Ketertutupan Najib ihwal keluarganya diakui oleh wartawan Malaysia. Anne bercerita, bahkan ketika putra Najib menikah, tidak ada wartawan yang tahu.

“Kerajaan (pemerintah) memang sangat tertutup mengenai kehidupan Najib. Nama anaknya, bahkan kami tidak tahu Najib punya berapa anak. Waktu anaknya menikah katanya pesta besar-besaran di Kuala Lumpur, tapi tidak ada yang tahu,” tutur Adam.

Kabar mengenai pernikahan putri Najib terendus media karena ia dipersunting oleh keponakan dari Presiden Kazakhstan, Daniyar Nazarbayev. Riak berita dari Kazakhstan sampai juga ke dataran Malaysia.

Sebagai jurnalis, seorang teman sekantor Adam di Free Malaysia Today ditugaskan untuk mengamati keadaan di sekitar tempat pernikahan pada Agustus 2015 lalu. Tak mendapat berita, teman Adam tersebut malah dihardik oleh petugas penjaga.

“Mau apa di sini? Tidak ada berita di sini,” kata Adam menirukan pernyataan penjaga tersebut.

Gemas menyambung cerita Adam, Anne langsung bersuara, “Pestanya besar. Kabarnya sampai diadakan juga di Kazakhstan. Ada 300 orang pemerintahan yang diajak ke sana pakai pesawat negara. Gila, kan?”

Dengan berapi-api, Adam menceritakan bahwa wartawan mengetahui hal tersebut dari data pesawat yang mendarat di bandara Kazakhstan. Menjelang resepsi pernikahan tersebut, kata Adam, ada satu pesawat pemerintah Malaysia mendarat dengan penumpang penuh.

“Najib bilang ada urusan kenegaraan, pernikahan itu dilakukan sekalian karena sudah di sana. Kalau untuk urusan pemerintah, memang sampai 300 orang?” ucap Anne dengan sedikit kerut tergurat di dahinya.

Diredam pemerintah

Di negara lain, mungkin berita itu bisa menjadi isu besar. Namun di Malaysia, kata Adam, pemerintah punya berbagai cara untuk meredamnya.

“Di sini memang sulit. Kantor media independen saja tidak bisa bergerak bebas. Kalau tulis berita yang melenceng sedikit saja, bisa-bisa pemilik medianya ditahan. Siapa yang mau bisnisnya terhambat?” ucap Adam.

Pemerintah kian represif setelah isu korupsi mengguncang Najib. Dalam salah satu wawancara dengan harian berbahasa China, Sin Chew Daily, Jaksa Agung Malaysia, Mohamed Apandi, bahkan mengatakan akan memperkuat hukum yang mengikat editor dan jurnalis.

 

sumber:cnnindonesia.com

 

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Close