GP Anshor Temukan Buku TK Berisi Kata Radikal ‘Bantai Kiai’
JAKARTA – Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) menerima laporan dari kadernya di daerah tentang adanya buku pelajaran Taman Kanak-Kanak yang materi ajarnya dianggap tidak tepat untuk anak-anak. Beberapa substansi buku yang ditemukan di salah satu TK di daerah Depok, Jawa Barat, tersebut dianggap bisa menumbuhkan benih radikalisme. Wakil Ketua Umum GP Ansor, Benny Ramdhani mengatakan, hal itu ditemukan dalam buku Metoda Belajar Membaca Praktis dengan judul “Anak Islam Suka Membaca”.
“Kita menemukan ada upaya pihak-pihak tertentu yang senantiasa menggunakan media sekolah untuk menyebarkan benih radikalisme di tengah masyarakat kita,” ujar Benny dalam konferensi pers di Kantor GP Ansor Jalan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat, Rabu (20/1/2016). Benny menjelaskan, buku itu pertama kali dicetak pada 1999 dan pada November 2015 telah mencapai cetakan ke-167. Buku tersebut terdiri dari lima jilid.
Sedikitnya, GP Ansor menemukan ada 32 kalimat dalam lima buku tersebut yang dianggap mengarah pada radikalisme. Beberapa di antaranya adalah “Gegana Ada Dimana”, “Bahaya Sabotase”, “Cari Lokasi Di Kota Bekasi”, “Gelora Hati Ke Saudi”, “Bom”, “Sahid Di Medan Jihad”, hingga “Selesai Raih Bantai Kiai”.
“Kata-kata yang dimaksud tidak tepat untuk menjadi bagian dari metoda belajar kepada usia TK. Kata-kata ini cenderung menumbuhkan benih-benih radikalisme,” kata Benny. dari hasil riset dan konfirmasi yang dilakukannya, penulis buku tersebut berinisial M, diduga adalah istri dari Pimpinan Laskar Jihad Solo berinisial AS.
Ia menambahkan, sangat jelas aspek ideologi yang ditanamkan oleh penulis. Terlihat dari pilihan kata dalam buku, misalnya kata “Jihad”. “Atau dalam bahasa kita radikalisme,” kata Benny.
“Ada istilah-istilah seperi ‘bom’. Ini kan mestinya guru lebih selektif dalam mengajarkan kata apa yang harus mereka pelajari dan mereka ingat,” tambah dia.
Penyunting buku bacaan Anak Islam Suka Membaca angkat bicara terkait laporan salah satu ormas di Jakarta yang menyebutkan bahwa buku itu menyebar paham terorisme. Penyunting buku karangan Nurani Musta’in tersebut memastikan tidak ada niat untuk memasukkan paham radikalisme di dalam buku bacaan yang sudah beredar di sejumlah daerah di Indonesia itu.
Ayip Syariffudin, suami Nurani Musta’in, menjelaskan, mereka hanya ingin mengajarkan pola bacaan monoftong dan huruf vokal secara berdampingan. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan anak didik membaca huruf per huruf, serta mengenal perbedaannya. Walau demikian, Ayip berterima kasih atas masukan dan revisi terhadap buku yang diterbitkan oleh Pustaka Amanah, di Solo, tersebut.
“Saran dan masukan berbagai pihak akan menjadi bahan revisi kami. Tidak ada maksud dari kami untuk menyampaikan paham radikalisme,” katanya kepada sejumlah wartawan di rumahnya, di Jalan Banaran, Pabelan, Sukoharjo, Kamis (21/1/2016).
Ayip dan istrinya, Nurani, menjelaskan bahwa buku itu sudah beredar sejak tahun 1999 di sejumlah daerah di Indonesia. Keduanya meyakini, di dalam buku tersebut tidak ada paham radikalisme karena mereka menentang segala tindakan radikal.
Ayip juga menjelaskan bahwa salah satu isi buku ditujukan untuk mengenalkan suku kata “ai” kepada anak anak. Untuk itu, susunan kata-kata yang dipilih adalah “selesai”, “raih”, “bantai”, dan “kiai”.
Menurut Ayip, susunan kata tersebut bukanlah kalimat karena ada penggalannya.
“Kata-kata tersebut sudah lama dikenal istri saya, dan mungkin kami memahami, saat ini, kata-kata tersebut sensitif,” katanya. (*)
sumber:kompas.com