AdvertorialBolmong

Ribuan Warga Menangis Antar Bupati Salihi ke Kediaman Pribadi

foto(5)

Bupati Salihi Mokodongan tak kuat menahan air matanya saat digotong di atas tandu. Ia menangis karena terharu dengan antusiasnya masyarakat yang menghantarnya menuju ke kediaman pribadi, dari kantor yang selama lima tahun ini ia mengabdikan diri sebagai pejabat negara, melayani masyarakat.

Laporan: Faisal Amu – Lolak

Pemkab Bolmong menggelar prosesi adat dalam rangka melepas Pemangku Adat ‘Sinungkudan’ Bolaang Mongondow, disaat mengakhiri masa jabatan Bupati Bolaang Mongondow. Sejak Kamis pagi (14/7), ribuan warga, tokoh masyarakat dan PNS Bolmong sudah menanti prosesi adat itu. Sekitar pukul 11.00 wita, prosesi adat dimulai di gerbang kantor Bupati Bolmong. Salihi Mokodongan didampingi wakili bupati Yanny Ronny Tuuk STh MM dan Sekda Ashari Sugeha berdiri berhadapan, dengan salah seorang tetua adat Chairun Mokoginta SE  yang melafadzkan kata-kata adat berbahasa Mongondow (itum-itum).

DSCF5170

Menurut Chairun Mokoginta salah satu Tokoh Adat Bolaang mongondow, makna prosesi adat itu, bahwa Salihi Mokodongan secara adat turun dari Jabatan Datu/Raja atau Kepala Daerah Bolaang Mongondow sekaligus Pemangku Adat. Dimana, prosesi adat ini merupakan tradisi turun temurun sejak dahulu sebelum menjabat dan mengakhiri masa jabatan sebagai Bupati Bolaang Mongondow yang dengan Bahasa Adat Mongondow “Sinungkudan”. Usai pelaksanaan prosesi adat, Salihi Mokodongan menaiki Wala-Wala (tandu tempat duduk), kemudian diusung 8 pemuda berpakaian Baniang, menuju Rumah Jabatan (Rujab) Bupati Bolmong berjarak sekira 3 kilometer dari kantor Bupati. Sementara itu Sekda Bolmong Drs Ashari Sugeha dan para pimpinan SKPD menaiki Bentor yang dihias aneka pernik khas Bolmong. Bentor dinaiki para pejabat itu mengikuti dari belakang Wala-Wala yang membawa Salihi Mokodongan.

Di Rumah Jabatan Bupati Bolmong, prosesi adat Poponagan Kon Komalig (turun dari istana) juga digelar. Salihi Mokodongan, usai prosesi adat, mengimbau masyarakat untuk terus melestarikan Adat dan O’adatan. “Prosesi ini warisan para leluhur yang mesti dijaga agar tetap lestari,” kata Bupati Salihi Mokodongan. Ia juga mengucapkan rasa terima kasih dan apresiasi kepada seluruh jajaran pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow dan seluruh Masyarakat yang turut menghantarkan dalam prosesi adat mongondow. Sepanjang perjalanan, bupati menerima lambaian tangan dari warga. Jalan trans pun macet total selama tiga jam. ”Kami mohon maaf dengan terganggunya aktivitas lalu lintas. Tapi ini memang spontanitas warga yang ingin melihat bupati di hari terakhir masa jabatannya,” kata sekda Ashari Sugeha. (*)

Tags

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button
Close