Pemkot Upayakan Kotamobagu Jadi Pusat Pengembangan Pupuk Organik di BMR
ProBMR,KOTAMOBAGU–Dibanding empat daerah lainnya di wilayah Bolaang Mongondow Raya (BMR), luas areal pertanian di Kotamobagu memang tidak seberapa. Belum lagi ancaman penyusutan lahan di tengah kegiatan pembangunan yang kian gencar.
Namun demikian, hal tersebut tak menghalangi Kotamobagu untuk mewujudkan mimpi besar menjadi pusat pengembangan pupuk organik di wilayah Bolaang Mongondow Raya, sebagaimana tertuang dalam visi misi Walikota, Ir Tatong Bara dan Wakil Walikota Drs Jainudin Damopolii.
Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kotamobagu, selaku instansi teknis terkait, pun terus bekerja keras dalam upaya mewujudkan mimpi besar tersebut, diantaranya dengan memaksimalkan kelompok-kelompok binaan pengembangan pupuk organik.
“Kelompok binaan kita merata di empat kecamatan se-Kotamobagu. Mereka ini terus kita beri pelatihan pengomposan, guna menunjang visi misi Walikota dan Wakil Walikota untuk menjadikan Kotamobagu sebagai pusat pengembangan pupuk organik di Bolmong Raya,” ujar Kepala BP4K Kotamobagu, Nurachim Mokoagow, Selasa (26/4) pagi tadi.
Lanjut dikatakan Nurachim, pihaknya juga berupaya menstimulasi kegiatan produksi pengomposan di masyarakat dengan memberi bantuan berupa dua mesin pengompos, yang dianggarkan pada tahun 2015 lalu. Dimana, hasil produksi dari dua mesin pengompos tersebut, saat ini telah mulai dipasarkan ke salah satu daerah tetangga, Bolaang Mongondow Timur.
“Dua mesin itu merupakan bantuan untuk kelurahan Sinindian dan desa Bungko. Hingga saat ini, produksi untuk mesin pengompos di Sinindian sudah mencapai 6 ton, sementara di desa Bungko 3 ton yang sudah dihasilkan. Meski masih ada kekhatiran soal segmen pasar, namun kami bersyukur, saat ini hasil produksi sudah mulai dipasarkan di Boltim. Sebab, di daerah tersebut juga sudah mulai digalakkan penggunaan pupuk organik,” terangnya.
Meski diakui sosialisasi penggunaan pupuk organik di masyarakat merupakan tugas yang cukup berat, namun dirinya optimis jika para petani di Kotamobagu kelak akan beralih dari pupuk kimia ke pupuk organik.
“Pupuk organik itu lebih terjamin dari sisi kesehatan. Memang untuk mengajak masyarakat beralih dari pupuk kimia ke organik itu tidak gampang. Tapi saya kira dengan keunggulan yang dimiliki, ditopang dengan sosialisasi yang intens, pasti masyarakat akan beralih juga,” yakinnya.
Namun demikian, belum adanya regulasi dalam hal ini Peraturan Daerah yang mengatur soal penggunaan pupuk organik, juga diakui dirinya menjadi kendala tersendiri.
“Tentu semua upaya yang kami lakukan ini, butuh dukungan Perda. Sebab, dengan adanya Perda, maka akan lebih mudah menyalurkan bantuan ke petani yang menggunakan pupuk organik,” pungkasnya.(Rez)