Inilah Profil Dunia Pendidikan di Tanoyan

BOLMONG – Desa Tanoyan Selatan, Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow, adalah desa yang memiliki sejarah panjang tentang dunia pendidikan, khususnya untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
Sekolah disana mulai dari SMP Cokroaminoto pada tahun 1965, kemudian berlanjut ke Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) pada tahun 1972. Hingga pada tahun 1984 berdirilah Sekolah Menengah Pertama (SMP) Tanoyan yang sekarang menjadi SMP Negeri 2 Lolayan.
Salah satu siswa angkatan pertama SMP Cokroaminoto 1965 yang juga warga Desa Tanoyan Selatan, Sabir Bakung, menurutkan, saat itu, hanya 8 siswa yang menjadi siswa petama di sekolah tersebut. Bahkan saat ujian akhir pada tahun 1967, hanya 15 orang yang mengikuti. “Kami yang pertama sekolah di SMP Cokroaminoto hanya 8 orang. Waktu itu tahun 1965 saya kelas satu. Sekolah itu ada saat tahun 1964. Waktu itu sekolahnya masih rumah warga,” kata Sabir, Minggu (29/11).
Kemudian pada tahun 1967, dia bersama 14 orang lainya, mengikuti ujian akhir di Kelurahan Matali. “Tahun 1967 saya ikut ujian di matali. Kami ada 15 orang, ke matali dengan berjalan kaki,” jelasnya.
Namun, sekolah tersebut perlahan mulai ditinggalkan para siswa sehingga mulai mandeg alias tidak jalan lagi. Selain tak ada siswa, guru juga sangat terbatas. “Kami 15 orang yang ikut ujian di matali pada tahun 1967 tapi yang berhasil lulus hanya dua orang,” kata Hatta Mokodompit, salah satu siswa SMP Cokoroaminoto Tanoyan yang sempat ditemui.
Mengingat sekolah tersebut harus tetap betahan, sejumlah tokoh masyarakat Tanoyan ketika itu, menawarkan kepada A A Tulong untuk menjadi penanggungjawab sekaligus kepala sekolah disana. “April 1972 saya buka kelas 1, jumlah murid 35 siswa. Itu pun anak-anak yang pernah putus sekolah sebelumnya kembali masuk. Sekolah tersebut sudah menjadi SMEP pada tahun 1972. Saya yang merintis sekolah itu disana,” tutur A A Tulong.
Dijelaskan, SMEP Tanoyan pada tahun 1973, bergabung dengan SMEP Negeri Kotamobagu. “Waktu bergabung dengan SMEP N Kotamobagu, itu karena pertimbangan sudah tidak ada lagi guru yang mengajar karena masih sukarela. Kepala Sekolah SMEP N Kotamobagu ketika itu Pak Arsyad Kobandaha. Papan sekolah dituliskan SMEP Negeri Kotamobagu kelas jauh di Tanoyan,” urainya.
Namun lanjut A A Tulong, pada Maret 1973, guru yang diperbantukan di SMEP Tanoyan, pindah lagi. Proses pendidikan disana berjalan pasang surut dengan kondisi kekurangan guru dan siswa. “Tahun 1975 SMEP Tanoyan melaksanakan ujian pertama. Masih saya yang menandatangani ijasah lulusan saat itu. Namun saya bersyukur karena sampai saat ini banyak yang berhasil, ada yang menjadi guru, ada yang menjadi perawat. Bahkan salah satu lulusan tahun 1975 di SMEP Tanoyan, saat ini juga menjabat Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bolaang Mongondow. Pada tahun 1977 SMEP berintegrasi dan berubah semua menjadi SMP,” kisahnya.
Dia menjelaskan, pada tahun 1980-an, ada kegiatan pertukaran Pemuda Indonesia dan Pemuda Kanada, dilaksanakan di Desa Tanoyan. Kegiatan tersebut ditangani pemerintah pusat. Bahkan, Menteri Pemuda dan Olah Raga, saat itu, Abdul Gafur, pernah datang langsung ke Desa Tanoyan. “Saat itu mereka minta apa kebutuhan mendesak bagi masyarakat, tokoh masyarakat disana menyampaikan dua hal, yakni pendidikan dan listrik masuk desa,” tutur A A Tulong.
Dengan adanya sejarah pendidikan itu, sampai sekarang Desa Tanoyan pun tetap mengedepankan pendidikan untuk pembentukan karakter, anak-anak generasi penerus bangsa. Berdasarkan pantauan, Desa Tanoyan Utara dan Desa Tanoyan Selatan, memiliki empat Sekolah Dasar Negeri, satu SMP Negeri dan satu SMK Negeri. Tercatat, di dua Desa itu (Desa Tanoyan Utara dan Desa Tanoyan Selatan), sekira 60 orang telah berhasil menyelesaikan pendidikan, mendapat gelar sarjana dengan gelar akademik, berbagai disiplin keilmuan. Seperti sarjana D2, D3, S1 dan S2. (sal)