Semester I, BNI Proyeksi Kenaikan Kredit 20%
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) memproyeksi kenaikan kredit sampai semester I-2016 secara year on year (yoy) mencapai persentase yang hampir sama dengan pertumbuhan loan (yoy) pada kuartal I lalu. Adapun, pada akhir Maret 2016 emiten berkode BBNI ini membukukan kenaikan kredit sebesar 21,2 persen (yoy) dari Rp 269,51 triliun menjadi Rp 326,74 triliun.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengatakan, di pertengahan tahun ini perseroan memutuskan untuk tidak merevisi target kredit pada rencana bisnis bank (RBB) 2016 kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Berdasarkan data corporate presentation, pada 2016 bank pelat merah ini membidik kenaikan kredit kisaran 16-18 persen (yoy).
Sedangkan, tahun lalu bank yang berdiri sejak 1946 ini membukukan pertumbuhan kredit sebesar 17,5 persen (yoy) menjadi Rp 326,10 triliun. “Detailnya belum boleh karena tunggu Jumat mendatang (22 Juli 2016). Cuma secara yoy, saya katakan mungkin pertumbuhan kredit kami hingga akhir kuartal II itu mirip secara persentase dengan realisasi kuartal I-2016,” ungkap dia ketika ditemui di Jakarta, Rabu (20/7).
Adapun pada kuartal I lalu, persentase kenaikan dana pihak ketiga (DPK) perseroan tidak jauh berbeda dengan besaran persentase pertumbuhan kredit yang sekitar 21 persen. Berdasarkan laporan keuangan perseroan, akhir Maret lalu total DPK meningkat sebesar 21,8 persen (yoy) menjadi Rp 371,56 triliun dari posisi periode sama pada 2015 yang menyentuh Rp 305,15 triliun.
Sejalan dengan BNI termasuk ke dalam bank yang bersedia dan masuk kualifikasi sebagai bank persepsi atas repatriasi dari amnesti pajak (tax amnesty), emiten bank ini memprediksi dapat menampung dana repatriasi dan dana tebusan sekitar Rp 70 triliun.
“Andaikan ke depan pertumbuhan kredit tidak tumbuh kencang lalu terjadi over likuiditas, ya bank dalam menyerap dana ngga akan menawarkan suku bunga yang tinggi. Pasti besaran (suku bunga dana) yang diberikan hanya sebatas seberapa tinggi yang dia (bank) dapat keuntungan daripada penyaluran dana tadi,” ujar dia.
Spesifik mengenai suku bunga dana, Baiquni pun memprediksi dalam rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang dilakukan pada 20-21 Juli ini kemungkinan BI akan memilih keputusan untuk mempertahankan BI rate di level yang sama. Adapun saat ini, suku bunga acuan BI berada di level 6,5 persen. “Masih tetap kayanya (BI rate), lagi pula Agustus nanti mulai mengacu ke BI seven days repo,” ungkap dia.
sumber:Beritasatu.com